Minggu, 02 November 2014

Singkawang- Kalimantan Barat

Teluk Karang, Singkawang

Geliat Teluk Karang baru terasa menjelang petang. Lazimnya daerah pesisir, di siang hari panasnya menyengat. Baru setelah matahari mulai condong ke barat dan membawa serta teriknya ke peraduan, saya dan kawan-kawan keluar pondokan dan berjalan ke arah pantai.
Desa Teluk Karang terletak di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang. Namanya belum begitu dikenal. Wisatawan lokal lebih familiar dengan Sinka Island Park ketimbang Teluk Karang. Padahal kompleks taman Sinka itu terletak di Teluk Karang.
Fasilitas di Sinka Island Park memang terbilang lengkap, mungkin itulah penyebab namanya begitu tersebut di Singkawang. Sinka Island Park adalah integrasi dari beberapa obyek wisata. Di sini ada pantai beserta gazebo-gazebo nyaman dan Pulau Simping, ada kolam renang, ada kebun binatang Sinka Zoo yang perlahan-lahan berevolusi menjadi taman safari, dan ada Rindu Alam.

Nama yang disebut terakhir ini mengandung ironi. Terletak di Puncak Gunung Kote, di satu sisi Rindu Alam merupakan daya tarik utama Sinka Island Park, bahkan beberapa orang warga setempat yang belum pernah keluar Kalimantan Barat pernah secara sembarangan membanding-bandingkannya dengan pesisir Senggigi di Lombok, namun di sisi lain banyak warga yang mengeluh karena penggundulan puncak Gunung Kote telah merusak sistem hidrologi alami kawasan Teluk Karang. Selain itu, bagi masyarakat Teluk Karang Gunung Kote begitu nostalgik karena gunung ini menjadi saksi sejarah ketika para pendahulu berjuang mati-matian mengusir penjajah. Kini puncak Gunung Kote sudah botak, berganti menjadi taman wisata Rindu Alam.
Selain ke Sinka Island Park, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk menikmati petang di Teluk Karang. Favorit saya dan kawan-kawan adalah nongki-nongki di platform kayu yang menghubungkan pantai dengan Batu Burung, tempat memancing favorit biak-biak Singkawang.

Batu Burung adalah sebongkah batu granit raksasa yang terletak agak jauh dari pantai. Pemandangan dari sana lumayan indah. Di batu burung kami sering duduk-duduk menikmati pelangi dengan latar belakang pesisir Singkawang dan Gunung Sari. Jika memandang ke tengah laut anda bisa melihat perbukitan Pemangkat. Sesungguhnya Pemangkat tidak terletak di tengah laut, tapi berada di ujung utara teluk raksasa yang membatasi Singkawang. Makanya terlihat seolah-olah berada di tengah laut.
Menurut Pak Adi, seorang nelayan pencari lobster, dahulunya di bongkah granit raksasa tersebut banyak burung yang hinggap. Makanya dinamakan Batu Burung. Namun setelah manusia menginvasi, burung-burung itu pergi.
Tiap sore platform kayu itu ramai oleh para pemancing ikan. Karena habitat ikan di sini masih relatif terpelihara, hampir tiap hari ada pemancing yang pulang membawa ikan.
Jika sedang bosan duduk-duduk di platform Batu Burung, biasanya kami melewatkan sore dengan mengayuh sampan, berputar-putar di perairan sekitar Batu Burung. Jika jago beramah-tamah dengan anak-anak setempat, anda mungkin bisa bersampan-ria dengan gratis. Namun jika malas berbasa-basi, anda bisa menyewanya di warung terdekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar